Senin, 23 Juli 2018

Pengantar Filsafat


Hasil gambar untuk patung socrates


Pengantar Filsafat

Ngaji Filsfat 
Fahruddin Faiz

Pengulas : DewaRC

Belajar Filsafat adalah suatu cara yang dapat kita lakukan untuk menuju pada suatu hal kebenaran. Tapi filsafat juga tidak bisa dikatakan suatu kebenaran mutlak. Karena apabila dirujuk pada definisi kata filsafat antara Philo yang berarti “suka, cinta, gemar” dan Philia yang berarti “bijaksana”, maka akan didapatkanlah arti filsafat yang sebenarnya yaitu suka/cinta/gemar kebijaksanaan. Jadi filsafat, itu bisa juga dikatakan belajar untuk menemukan kebenaran, tetapi kata kebenaran tidak bisa dijadikan final pada setiap permasalahan, karena kebenaran tidak bisa memiliki arti yang leluasa di banding dengan kata kebijaksanaan atau bisa juga dikatakan tidak bisa Pas. Misalnya contoh seperti ini. Ada seorang teman kamu yang memiliki tubuh gemuk, lantas kamu memanggilnya dengan sebutan ndut, ndut, ndut. Hal tersebut memanglah suatu kebanaran, karena kondisi badannya memang gemuk dan kamu benar memanggilnya dengan sebutan gendut-gendut. Tetapi, kebenaran ini agak tidak pas diterima, karean tidak sesuai dengan proposional dan porposionalnya. ia tidak menempatkan posisinya pada sesuatu yang Pas dan membuat kamu menjadi tidak bijaksanaan. Itulah mengapa arti filsafat lebih baik menjadi kebijaksanaan daripada menjadi kebenaran. Karena kebenaran itu hanyalah menjadi jembatan penghubung untuk menuju ke suatu kebijaksanaan.
 Sering kali kita menemui problematika permasalahan menyangkut ilmu pengetahuan ini. Banyak yang beranggapan bahwa belajar filsafat adalah menyesatkan orang, menjadikan diri Atheisme, merusak tatanan pikiran sosial dan budaya, dan masih banyak lagi. Kasus-kasus seperti inilah yang sering terjadi ditengah-tengah masyarakat. Mengapa demikian ? karena orang-orang tersebut menjadikan filsafat itu sebagai “Produk berfikir”. Ketika Filsafat itu menjadi produk berfikir, maka hal seperti diataslah yang akan terjadi, karena produk tersebut dilahirkan oleh para filsuf-filsuf yang memiliki alur berpikir, gaya, pengalaman, keilmuan dan latar belakang berbeda-beda. Misalkan mempelajari filsafat eksistensialismenya Nietsche, ketika mereka berhadapan pada pemikiran Nietsche yang membunuh Tuhan, maka mereka yang mengonsumsi pemikiran tersebut, akan beranggapan bahwa mereka akan menjadi Atheis, dan beranggapan filsafat adalah ilmu yang dapat membuat orang menjadi Atheis. Nah pola pemikiran inilah yang disebut dengan melihat filsafat sebagai produk berfikir. Padahal tidak semua pelaku filsafat itu memiliki kesamaan bidang yang mereka bedah. Seperti contoh misalnya, Nietche dan Muhammad Iqbal. Mereka sama-sama penganut aliran Eksistensialisme, tetapi keduanya memiliki perbedaan yang sangat bersebrangan. Muhammad Iqbal membawa Eksistensialismenya pada kepercayaan Ketuhanan, dan Nietsche membawa Eksistensialismenya pada pembunuhan Tuhan. Jadi filsafat itu tidak bisa langsung dipandang melalui produk pemikiran saja. Mengapa demikian, karena inilah yang nanti bakal menjadi satu permasalahan baru, dan membuat keilmuan filsafat menjadi tabuh dan tidak patut untuk dipelajari. Padahal dalam artinya, filsafat adalah suatu ilmu yang bertujuan untuk mencari kebenaran dan kebijaksanaan. Itulah mengapa, filsafat harus dipandang sebagai “alat berpikir”. Karena apabila kita memposisikan filsafat itu menjadi “alat berpikir”, maka kita akan dapat secara langsung mempelajari manfaat-manfaat dari filsafat itu sendiri. filsafat yang digunakan sebagai alat berpikir, mampu menjadi alat yang bisa membawa kita menjawab realitas-realitas yang ada pada kehidupan ini.
Dua paragraf tulisan diatas, merupakan hal yang paling dasar kawan-kawan harus tau mengenai filsafat. Karena belajar filsafat sering kali membuat kita tersesat pada definisi dan pengantarnya. Apabila kita sudah tersesat diawal, maka kita sendiri akan beranggapan negatif pada ilmu tersebut.
Selanjutnya, saya akan menjelaskan sedikit awal mulanya lahir filsafat. Filsafat lahir ketika orang-orang sudah tidak lagi percaya lagi atas jawaban-jawaban yang bersifat Mystic (mitos) pada persoalan-persoalan kehidupan. Para orang-orang terdahulu, selalu meletakkan hal-hal yang berbau mitos itu menjadi satu kebenaran mutlak. Seperti contoh misalnya, hujan berasal dari air mata dewi hujan yang tengah menangis. Atau badai dan halilintar berasal dari dewa-dewa langit yang tengah marah, dan masih banyak contoh-contoh yang lainnya. Pada era terhadulu, orang-orang sangat mempercayai akan hal-hal yang bersifat mistik. Menyangkutkan semua hal yang terjadi pada kehidupan, itu merupakan sesuatu yang dilakukan dewa-dewa. Padahal apabila diteliti menggunakan keilmuan, ternyata itu hanya gejala alam yang memang terbentuk karena terdapat sifat-sifat dan variabel yang membentuknya. Cara berpikir seperti inilah yang nantinya akan menjadi lawan dari cara berpikir Logos (logis). Cara berpikir logis, adalah suatu cara pemecahan masalah yang menggunakan ide, nalar dan pikiran. Misalnya contoh, mengapa bisa terjadi hujan ?, karena terjadi proses alamiah alam yang berupa penguapan air laut ke udara. Lalu air tersebut dibawah angin menuju kedaratan. Apabila kadar air sudah banyak, maka air tersebut akan tumpah ruah . maka itulah yang kita sebut dengan hujan. Nah cara berpikir seperti ini, yang disebut denga  Lhgos atau logis. Jadi, pergeseran cara berpikir dari Mystic (mitos) menuju ke Logos (logis) inilah yang merupakan titik awal lahirnya filsafat dimuka bumi ini.
 Cara berpikir logis itu menunjukkan pada sikap berpikir “Rasional”. Dan cara berpikir rasional, itu bersifat universal (diterima disegala tempat). Berbeda dengan cara berpikir mitos. Mitos tidak memiliki sifat universal. Karena ia hanya bisa diterima, dimana tempat mitos itu sendiri berkembang. Seperti contoh misalnya, 1+1 = 2. Maka jawaban tersebut akan sama dengan jawaban-jawaban ditempat lain. Tidak terbatas pada kondisi geografis. Berbeda kalau dengan mitos. Seperti contoh misalnya, malam jum’at adalah malam yang angker. Ditempat lain, argumen tersebut belum tentu bisa sama dengan argumen disana. karena mitos merupakan buah pemikiran dari masyarakat setempat. Itulah sebabnya mitos tidak bersifat universal, melainkan hanya bersifat kelokalan.
Untuk dapat masuk kedua filsafat, kawan-kawan haruslah mampu mengerti dan menguasai tiga komponen sebagai berikut :
1.      Cara berpikir Logos (logis, menuju Rasional)
2.      Curious (memiliki rasa ingin tahu, penasaran)
3.      Wisdom/Philia (Kebijaksanaan)

Untuk bagian pertama, cara berpikir Logos sudah saya terangkan di paragraf atas. Maka selanjutnya bagian kedua. Bagian kedua adalah Curious atau memiliki rasa ingin tahu, rasa penasaran dan lain sebagainya. Untuk belajar filsafat, kita haruslah mempunyai rasa keingin tahuan yang tinggi. Seperti kata Bob Dino, kosongkanlah cangkir kita ketika bertemu orang. Dalam artian, kita haruslah merendah diri dan memposisikan diri kita sebagai orang yang ingin belajar. Dalam filsafat, kedudukan Curios sangatlah penting. Karena inilah gerbang yang dapat membawa kita menuju ke pola pikir lebih matang. Dalam tahap komponen Curious, kita harus mengembangkan sikap Curious Wonder (tiada hal yang biasa disekililing kita). Sikap inilah yang membuat kita akan terus bertanya-tanya mencari jawaban. Semua hal yang berada disekitar kita, patut kita perhatikan baik-baik. Beranggapan kita tidak tahu dan semua hal disekitar kita itu penting untuk ditanyakan, maka inilah yang disebut dengan Corius, rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu seperti ini, Output-nya (hasil akhir) akan memunculkan sikap kritis pada diri kita. Sikap kritis ini menjadi salah satu hal yang penting untuk kita kembang luaskan. Saya akan memberikan satu contoh. Mengapa sinar matahari yang berada di pukul 12 siang itu terasa lebih panas dibandingkan dengan sinar matahari yang berada pada pukul 5 sore ?, padahal pada kedua jam tersebut, kulit kita sama-sama terpapar dan tersentuh langsung oleh sinar matahari. Mengapa demikian ?, nah rasa Corius seperti nantinya akan menuntun kita pada satu jawaban kebenaran – mengapa itu bisa terjadi – dan apabila kita sudah mengetahuinya, maka kita sudah dapat mengkritisi beberapa argument yang nantinya akan bermunculan terkait hal itu. jadi Corius mempunyai kedudukan penting dalam syarat kita untuk masuk kedua filsafat.
Untuk bagian ketiga ialah, Wisdom/Philia (Kebijaksanaan). Berbicara filsafat, tidak hanya berbicara tentang kebenaran, tetapi membicarakan juga tentang kebijaksanaan. Kebijaksanaan tu lahir dari sebuah kebenaran yang sudah disesuaikan porposional dan proposionalnya masing-masing. Nah inilah tadi yang disebut dengan kebenaran itu jembatan menuju kebijaksanaan. Kebenaran apabila diteruskan secara vulgar atau tanpa di sesuaikan lagi, maka akan menghasilkan sesuatu yang tidak bijaksana (Pas). Oleh karena itu, suatu kebenaran harus dikupas dulu porposional dan proposionalnya. Apabila kebenaran tersebut sudah dikupas, maka akan munculah kebijaksanaan. Seperti contoh misalnya. Ada teman kamu yang kulitnya hitam. Terus kamu manggilnya tem-item. Itu memang merupakan suatu kebenaran. Dilihat dari bukti yang nyata, teman kamu memang kulitnya hitam, maka itu benar. Tetapi hal tersebut tidak bijaksana (pas). Karena tidak meletakkan porposional dan proposional pada tempatnya. Sehingga hal tersebut tidak pas atau bijaksana. Oleh karena itu, kebenaran tidak boleh langsung dikonsumsi secara mentah-mentah dan vulgar. Kita harus bisa mengkondisikan porprosionalnya dan proposionalnya. Menuntukan komposisi yang pas, sesuai dengan keadaan dan kondisi, maka akan terciptalah suatu kebijaksanaan (Pas). Jadi suatu kebenaran itu bukan titik akhir, melainkan hanya jalan menuju kebijaksanaan.
Mungkin itu dulu pengantar filsafat dari saya, yang saya kupas dari materi pak Fahruddin Faiz, Pemateri Ngaji Filsafat.

Jumat, 20 Juli 2018

Tan Malaka (Sebuah Biografi Lengkap)



Tan Malaka
(Sebuah Biografi Lengkap)
Masykur Arif Rahman

Judul   : Tan Malaka (Sebuah Biografi Lengkap)
Penulis : Masykur Arif Rahman
Penerbit : Laksana
Tahun Terbit : 2018
Kota Terbit : Yogyakarta
Editor : Nur
Jumlah Halaman : 312
Tema : Biografi
Pengulas : DewaRC

Ulasan :

Barang siapa yang menghendaki kemerdekaan untuk umum,
maka ia harus sedia ikhlas untuk menderita
kehilangan kemerdekaan dirinya sendiri“
Tan Malaka (1897 – 1949)

            Datuk Tan Malaka atau akrabnya dipanggil Tan Malaka, adalah sesosok mahaguru bangsa dan salah satu putra terbaik yang dimiliki oleh bangsa ini. Tan Malaka adalah sesosok pahlawan besar bagi Indonesia, namun profilnya terus saja ditutup-tutupi hingga pada akhirnya ia menjadi pahlawan yang terlupakan. Sepak terjang Tan Malaka dikancah perpolitikan Nusantara sangat begitu keras. Ialah yang berhasil menginspirasikan banyak tokoh pahlawan lainnya, dan menjadi orang yang pertama dalam mengonsepkan Indonesia berbentuk kesatuan Republik. Lewat bukunya yang berjudul  Naar de Republiek Indonesia (1925) membuat pahlawan satu ini mendapat gelar Bapak Republik. Melalui tulisan Masykur Arif Rahman inilah, akan mengupas habis seputar Biografi perjalanan Tan Malaka dari kecil hingga ia mati di ujung bedil tentara negaranya sendiri.
            Ibrahim. Nama kecil yang ia sandang sebelum gelar Datuk Tan Malaka disematkan pada dirinya. Ia lahir pada tahun 1897 disebuah kampung bernama Nagari Pandan Gadang, Suliki, Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Ayahnya seorang pegawai pertanian, H.M Rasad. Dan ibunya adalah seorang wanita yang berasal dari keluarga terpandang di tempatnya, namanya ialah Rangkayo Sinah. Dari garis keturunan ibunnya inilah, Tan Malaka menjadi salah satu orang terpandang di desa tempat ia tinggal. Pada usia 16 tahun, Tan Malaka sudah disuguhi tawaran oleh orang tuanya beserta warga kampung. Tawaran itu ialah, pemberian gelar Datuk pada namanya yang akan menjadi Datuk Tan Malaka. Dan tawaran kedua yaitu ditunangkan dengan seorang gadis yang sudah diatur oleh keluarganya. Ibrahim yang pada saat itu masih berumur cukup muda, menolak tawaran untuk ditunangkan dan setidaknya ia memilih gelar yang akan disematkan pada namanya, Datuk Tan Malaka.
            Tan Malaka mengenyam pendidikan pertama kali di usia 6 tahun disekolah pemerintah kelas dua. Semasa sekolah Tan Malaka dinilai telah cukup cerdas dalam menimba ilmu pengetahuan. Lalu para guru menyarankan padanya untuk melanjutkan sekolah Kweekschool (Sekolah Guru Negeri) di Bukittinggi. Tan Malaka adalah murid yang sangat cerdas. Kecerdasannya itu sangat memukau sehingga mendorong Horensma (guru Tan Malaka) menyarakan ia untuk langsung menimbah ilmu di negeri Eropa sana. Rijkskweekschool (sekolah menengah guru negeri) Belanda adalah tujuan pendidikannya. Horensma menyadari akan kecerdasan anak ini, dan itu tidak boleh disia-siakan demi kegunaan membangun negeri antah berantah ini kedepannya. Tan Malaka dinilai akan menjadi sesesok manusia yang mampu membawa negeri dan bangsanya keluar dari kemiskinan dan terlepas dari belenggu kolonial.
             Sehabis menyelaikan pendidikan di Eropa, melewati berbagai rintangan seperti kondisi fisik yang sakit-sakitan akibat badan yang tidak biasa dengan cuaca disana, makanan yang begitu aneh di lidah, keuangan tipis dengan biaya hidup yang tinggi, permasalahan-permasalahan ideologi dan hutang-piutang. Rentetan masalah ini dengan teguh ia lewati satu per satu, sehingga ia berhasil lulus dan mengantongi ijazah pendidikan guru.
            Sesampai di tanah air, ia dibantu oleh Horensma untuk bekerja menjadi guru bagi anak-anak buruh perusahaan pabrik di Deli, Sumatera Utara. Gaji yang ditawarkan pada pekerjaannya ini sangatlah besar untuk ukuran masa itu, 350 Gulden. Walaupun memiliki gaji besar dan kebutuhan hidup terpenuhi, membuat ia tak bisa menyembunyikan lebih jauh lagi kegusaran tentang negerinya. Sekitar 1,5 ia telah bekerja disana, ia memutuskan mengundurkan diri untuk terjun kedunia politik, bersama Ideologi Marxisme yang ia pelajari selama berada di Eropa.
            Dan disinilah babak baru kehidupan Tan Malaka dimulai. Ia mulai aktif diberbagai organisasi politik dan tinggal di tanah Jawa. Ia tergabung dengan Sarekat Islam, dan mendirikan Sekolah Islam (SI) dibeberapa tempat seperti Jawa Barat, Jawa Timur dan Sumatera yang dibantu oleh organisasi Boedi Oetomo. Tan Malaka juga sesorang ahli dalam menterjemahkan teori-teori filsafat. Ia juga sering menulis famplet-famplet pergerakan, menyokong teori pergerakan demi menentang kebiadaban imperealisme dan kapitalisme di Nusantara. Akibat aktivitas yang dianggap sebagai provokator pemberontakan, Tan Malaka ditangkap oleh Gubernur Jawa Barat karena dinilai membahayakan umum dan menghasut masyarakat untuk memberontak pada pemerintah kolonial. Penangkapan inilah yang membuat Tan Malaka dibuang dari Indonesia, menjadi tahanan politik selama masa penghukuman, dan ia memutuskan untuk dibuang ke negeri Belanda, tempat masa pendidikannya dulu.
            Pembuangan atas dirinya, tidak berarti ia diam begitu saja. Tan Malaka tampat lebih cekatan lagi dalam dunia politik internasional. Ia terus diburu oleh negara-negara sekutu Belanda, yang menyebabkan ia harus berpindah-pindah tempat kesana-kemari demi melanjutkan perjuangannya yang ia sebut dengan Merdeka 100%. China, Fhilipina, Singapura, Inggris dan Rusia, menjadi tempat persembunyiannya dari para agen rahasia yang memburunya. Bahkan ditengah pelariannya itu, ia menjabat sebagai Agen Komintern Internasionale Komunis di bagian Asia Tenggara.
            20 tahun sudah Tan Malaka berada di pengasingan. Di Indonesia, namanya telah terkubur akibat terdengar kabar bahwa ia telah mati di terjang ombak. Di usia pelariannya itu, ia kembali lagi menginjak Indonesia, setelah 20 tahun ditinggalkan. Ia mendarat di Medan, lalu mencari tumpangan untuk bisa ke tanah Jawa. Sewaktu sampai di Jakarta, ia menyewa sebuah gubuk reot kecil berdinding gedek bamboo di daerah Kalibata. Ia mulai memperhatikan kondisi sosial, politik, ekonomi dan budaya di Jakarta setelah ia tinggalkan selama kurang lebih 20 tahun lamanya. Dari gubuk kecil itulah, lahir sebuah mahakarya besar yang berisi pemikiran kritis Tan Malaka berjudul “Mateialisme, Dialetika dan Logika” yang disingkat dengan MADILOG. Inilah mahakarya peninggalan Tan Malaka yang sangat baik bagi kawan-kawan yang tengah berkubang di ilmu Sosial-Politik.
            Pasca kemerdekaan RI, Tan Malaka mulai mengungkapkan identitas aslinya. Perannya pada detik-detik kemerdekaanya, yaitu mendesak para pemimpin bangsa untuk segera mengambil tindak kemerdekaan, tanpa harus menunggu pemberian dari Jepang. Sikap inilah yang dinilai orang-orang bahwa Tan Malaka berhaluan cukup keras. Ia dianggap terlalu radikal, meskipun pada akhirnya para barisan muda berhasil mendesak para pemimpin untuk segara membacaka proklamasi kemerdekaan.
            Dimasa Sutan Sjahrir menjadi perdana menteri, Tan Malaka selalu menjadi sorotan pemerintah sebagai seorang radikal. Ia dinilai ingin mengkudeta pemerintahan Seokarno melalui barisan Murbanya. Padahal Tan Malaka sendiri mengadapakan rapat ataupun pertemuan revolusiner demi mencapai Indonesia merdeka 100%. Gesekan antara Tan Malaka dan Sutan Sjahrir mengantarkan ia pada pintu penjara. Semasa menjadi tahanan, Tan Malaka berhasil menuliskan buku yang berisi kisah perjuangannya dari nol hingga sekarang. Buku itu ia beri nama Dari Penjara ke Penjara. Pasca keluar dari penjara, Tan Malaka tetap melanjutkan aktivitas revolusionernya untuk mencapai Indonesia Merdeka 100%. Akibat aktivitasnya itu yang dinilai mengangguh kedaulatan negara dan diplomasi antara Indonesia-Belanda, maka pemerintah mengutuskan untuk memburu Tan Malaka. Di daerah Jawa Timur, lebih tepatnya di dekat Sungai Brantas, Kediri. Tan Malaka ditangkap lalu terjadi miss komunikasi antara tentara yang menangkap dan perintah yang tengah diembannya. Satu buah peluru bersarang di tubuh Tan Malaka, Tentara Republik, mengeksekusi sesosok pahlawan revolusioner ini. Tan Malaka yang berjuang mati-matian segenap jiwa dan raga dengan mengorbankan segala hawa nafsunya, rela menderita, dikejar kesana-kemari, bersembunyi diujung-ujung dunia hanya demi untuk kemerdekaan Indonesia, malahan mati di ujung bedil senjata tentara yang ia bela mati-matian. Inilah yang sering disebut-sebut orang sebagai tumbal revolusi. Di akhir perjalanan hidupnya, Datuk Tan Malaka itu, sang guru dari masyarakat murba, telah menjadi korban revolusi yang tengah membabi buta.
            Akhirnya, pada tanggal 28 maret 1963, melalui keputusan Presiden Soekarno no. 53 Tahun 1963, Tan Malaka diangkat sebagai Pahlawan Nasional. Sejak saat itulah, Tan Malaka mulai dikenal orang-orang sebagai pahlawan nasional, bukan sebagai pejuang yang tidak diakui oleh negara.
            Pada masa Orde Baru, nama Tan Malaka dipaksa untuk redup dan dihapuskan dari sejarah. Ia tidak diperkenankan masuk kedalam kurikulum pelajaran yang diajarkan disekolah. Akibatnya tidak heran kalau banyak anak-anak muda yang tidak tau dengan perjuangan beliau. Padahal beliau pernah sebaris, bersahabat akrab, dan berjuang bersama dengan Panglima Sudirman demi merebut Indonesia Merdeka 100%, dari cengkaraman Belanda yang ingin menguasai Indonesia kembali pada Serangan Agresi Militer Belanda 1 & 2. Tan Malaka dituduh terlibat dalam beberapa pemberontakan, apalagi Tan Malaka pernah aktif di Organisasi PKI. Padahal Tan Malaka tidak pernah terlibat dengan pemberontakan-pemrotakan itu. Pada tragedi Madiun, malahan Musso yang tengah memburu Tan Malaka karena dianggap penghianat PKI. Sepak terjangnya dalam operasi merebut Indonesia 100% mengantarkan ia pada fitnah berkepanjangan hingga sampai sekarang.


Merasa Pintar Bodoh Saja Tak Punya



Merasa Pintar Bodoh Saja Tak Punya
Rusdi Mathari


Judul   : Merasa Pintar Bodoh Saja Tak Punya
Penulis : Rusdi Mathari (Cak Rusdi)
Penerbit : Mojok
Tahun Terbit : 2018
Kota Terbit : Sleman
Jumlah Halaman : 224
Tema : Rohani, Islami, Renungan Hati, Sufisme
Pengulas : Dewa RC

Ulasan :

            


“Benar Marja, saya memang sesat. Karena itu Allah Swt mewajibkan
 Saya untuk selalu mebaca Tunjukkanlah aku jalan yang lurus’
setiap kali saya solat. Tujuh belas kali sehari semalam.”

            Cak Dhalom, sebuah nama yang tampak tidak asing ditelinga warga kampung. Seorang yang dianggap gila, karena otak dan pemikirannya dinilai tidak waras lagi dan melewati batas-batas norma sosial. Ia merupakan seorang sufi, berperawakan kudel dan sedikit agak gila. Warga kampung menganggap Cak Dhalom adalah lelaki yang sudah gila dan tak waras lagi. Anak-anak kecil sangat senang sekali mengolok-ngolok Cak Dhalom. Mengejek, mengerjai, menjahili dan semua jenis kenakalan anak-anak yang selalu saja menganggu keberadaan orang gila ini.
            Cak Dhalom tinggal disebuah kandang kambing miliknya Pak Lurah. Walaupun dianggap gila, ia tampak begitu akrab dengan semua warga kampung. Terutama dengan Mat Piti, Ayahnya Romlah, salah satu pemuka masyarakat di kampung ini.
            Ada kesamaan karakter antara Cak Dhalom dengan seorang tokoh filsuf terkenal asal Yunani, Ialah Socrates. Cak Dhalom dan Socrates sama-sama dianggap orang gila oleh golongannya sendiri, karena pemikirannya berada diluar nalar masyarakat setempat. Perbedaan pola pikir didalam lingkungan sosiali inilah yang menyebabkan kedua tokoh ini sama-sama dianggap orang yang otaknya tidak waras lagi. Selanjutnya, kedua orang ini sama-sama sering mencari permasalahan melaui pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan ke orang-orang. Dan pada akhir pertanyaan itu, mereka berdua sama-sama mengakhirinya dengan penutupan yang luar biasa. Dan masih ada beberapa lagi kesamaan-kesamaan diantara kedua tokoh hebat ini. teman-teman boleh silahkan menggalinya dengan perspektif dan pendapat masing-masing.
            Dalam cerita pertama, pembahasan menyangkut tentang datangnya bulan suci Ramadhan.  
Cak Dhalom menanyakan tulisan pada banner yang akan dipasang di depan masjid. Tulisan itu berbunyi, “Selamat datang ya Ramadhan, kami merindukanmu”. Cak Dhalom menanyakan perihal kata-kata mutiara itu pada Mat Piti, dan menanyakan padanya apakah ia suka puasa ?. dijawablah oleh Mat Piti suka. Lalu Cah Dhalom pun berkata, Sesuatu yang diwajibkan adalah sesuatu yang manusia tidak suka mengerjakannya. Kalau manusia suka melakukannya, untuk apa diwajibkan ?. Mat piti kebingungan menanggapi pertanyaan tersebut. “ya mau gimana lagi cak, orang itu udah jadi kewajiban. Saya juga agak tidak menyukai, tapi itukan sudah menjadi kewajiban. Maka cak dhalom pun menanggapinya, kenapa mesti kamu suka dan harus memaksakan suka lalu mengikuti orang-orang lain untuk suka juga. Lah, lantas saya harus gimana cak ? bela Mat piti. Lalu Cak Dhalom pun berkata, itulah masalahmu mat. Mestinya kau berterus terang pada Allah Swt bahwa kamu tidak suka puasa, tapi kamu siap dan ikhlas melakukan sesuatu yang kamu tidak suka itu sehingga derajatmu tinggi dihadapan Allah Swt. Begitulah nasehat Cak Dhalom orang gila, kepada Mat Piti yang termangu mendengarkan nasehat tersebut.
            Dalam cerita-cerita selanjutnya, Pada suatu Magrib Cak Dhalom membuat keributan lagi. Tidak dikandang kambingnya pak lurah dan diwarung kopi, melainkan didepan masjid dibalik tembok tempat imam. Cak Dhalom telentang diatas kuburan sesepuh yang sudah tua, sambil telanjang bulat. Melihat kejadian itu, warga marah besar dan menyumpah Cak Dhalom yang dinilai telah menodai kesucian masjid. Beruntung warga tidak melakukan kekerasan fisik. Mat Piti yang barusan sudah zikiran, langsung mengambil sarung dimasjid dan memakaikannya pada Cak Dhalom. Mat Piti lalu merangkulnya untuk diajak pulang kerumah. Diteras masjid, ada satu dua orang memukul kepalanya, tapi balasan Cak Dhalom hanya cekikikan saja. Dibawahlah Cak Dhalom kerumahnya Mat Piti, melihat kedatangan mereka berdua, Romlah langsung membawakan segelas air putih untuk Cak Dhalom. Usai Cak Dhalom minum, Mat Piti langsung menanyakan perihal apa yang ia lakukan di depan masjid itu. Cak menjawab pertanyaan Mat Piti, ia telanjang bulat berbaring disana hanyalah untuk bersedekah kepada nyamuk. Lah kenapa nyamuk harus diberi sedekah ? bukankah yang harus diberi sedekah adalah manusia dengan barang atau ilmu ?. lantas apabila yang boleh menerima sedekah hanya manusia, jadi siapa yang akan memberikan sedekah  pada nyamuk ?. Kan Allah Swt menciptakan nyamuk antara lain untuk menghisap darah manusia ?  Lagi pula, Allah Swt menciptakan nyamuk tidak lain hanyalah untuk membuat manusia sadar, bahwa ada HAK makhluk lain pada diri dan badan manusia. Lantas mendengar nasehat itu, Mat Piti hanya menggeleng-geleng kebingungan melihat tingkah aneh Cak Dhalom orang tidak waras ini.
            Ada lagi sepenggal cerita tentang pemrotesan Cak Dhalom tentang rencan renovasi masjid kampung. Ketika kematian istri Bunali, ibunda dari Sarkem si anak yatim. Cak Dhalom naik pitam bukan kepalang. Ia membawa berkarung-karung tanah kuburannya istri Bunali, dan meletakkannya didepan masjid. Melihat kejadian itu, Pak RT langsung menemui Cak Dhalom dan menanyakan motif apa yang ia lakukan. Lalu Cak Dhalom menjawab untuk menyumbang perihal renovasi masjid. Kita tidak perlu tanah Cak, apalagi tanah kuburan, kita hanya perlu peralatan dan barang-barang bangunan untuk merenovasi masjid. Lalu Cak Dhalom naik tensi dan memaki-maki Pak RT. Betul Pak merenovasi masjid kini menjadi lebih penting ketimbang memperbaiki dan memperbagus kelakuan. Umat sekarang diajak lebih bergantung pada masjid ketimbang masjid yang bergantung pada umat. Diajak aktif membangun masjid, tapi membiarkan orang-orang seperti istri Bunali terus tak berdaya lalu mati. Diajak rela menyodorkan sumbangan kemana-mana untuk membangun masjid, tapi membiarkan Sarkum anak Bunali tidak bersekolah dan kelaparan. Kita bahkan tidak menjenguknya. Tidak pernah tahu keadaan mereka. Lalu apa sesungguhnya arti masjid ini bagi kita ? apa arti kita bagi masjid ini ?”
Kita terus saja mengangungkan masjid, tapi lupa akan saudara kita yang menderita kelaparam hingga mati tergantung didepan kusen rumah. Sungguh kita ini manusia apaan.

            Ketiga cerita ini adalah penggalan dari beberapa cerita yang ada pada serial buku “Merasa Pintar Bodoh Saja Tak Punya”. Ada banyak sekali cerita-cerita yang menggugah hati dan keimanan kita perihal nilai-nilai Islamiah. Dari karakter tokoh bernama Cak Dhalom ini, banyak sekali pelajaran-pelajaran positif yang dapat kita ambil berbagai manfaatnya.

Baca juga ini

Pengantar Filsafat

Pengantar Filsafat Ngaji Filsfat  Fahruddin Faiz Pengulas : DewaRC Belajar Filsafat adalah suatu cara yang dapat kit...

yang lain