Merasa Pintar Bodoh Saja Tak Punya
Rusdi Mathari
Judul : Merasa Pintar Bodoh Saja Tak Punya
Penulis : Rusdi Mathari (Cak Rusdi)
Penerbit
: Mojok
Tahun
Terbit : 2018
Kota
Terbit : Sleman
Jumlah
Halaman : 224
Tema
: Rohani, Islami, Renungan Hati, Sufisme
Pengulas
: Dewa RC
Ulasan :
“Benar Marja, saya memang sesat. Karena itu Allah
Swt mewajibkan
Saya untuk
selalu mebaca Tunjukkanlah aku jalan yang lurus’
setiap kali saya solat. Tujuh belas kali sehari
semalam.”
Cak
Dhalom, sebuah nama yang tampak tidak asing ditelinga warga kampung. Seorang
yang dianggap gila, karena otak dan pemikirannya dinilai tidak waras lagi dan
melewati batas-batas norma sosial. Ia merupakan seorang sufi, berperawakan kudel
dan sedikit agak gila. Warga kampung menganggap Cak Dhalom adalah lelaki yang
sudah gila dan tak waras lagi. Anak-anak kecil sangat senang sekali
mengolok-ngolok Cak Dhalom. Mengejek, mengerjai, menjahili dan semua jenis
kenakalan anak-anak yang selalu saja menganggu keberadaan orang gila ini.
Cak
Dhalom tinggal disebuah kandang kambing miliknya Pak Lurah. Walaupun dianggap
gila, ia tampak begitu akrab dengan semua warga kampung. Terutama dengan Mat
Piti, Ayahnya Romlah, salah satu pemuka masyarakat di kampung ini.
Ada
kesamaan karakter antara Cak Dhalom dengan seorang tokoh filsuf terkenal asal
Yunani, Ialah Socrates. Cak Dhalom dan Socrates sama-sama dianggap orang gila
oleh golongannya sendiri, karena pemikirannya berada diluar nalar masyarakat
setempat. Perbedaan pola pikir didalam lingkungan sosiali inilah yang
menyebabkan kedua tokoh ini sama-sama dianggap orang yang otaknya tidak waras
lagi. Selanjutnya, kedua orang ini sama-sama sering mencari permasalahan melaui
pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan ke orang-orang. Dan pada akhir
pertanyaan itu, mereka berdua sama-sama mengakhirinya dengan penutupan yang
luar biasa. Dan masih ada beberapa lagi kesamaan-kesamaan diantara kedua tokoh
hebat ini. teman-teman boleh silahkan menggalinya dengan perspektif dan
pendapat masing-masing.
Dalam
cerita pertama, pembahasan menyangkut tentang datangnya bulan suci Ramadhan.
Cak Dhalom menanyakan tulisan pada
banner yang akan dipasang di depan masjid. Tulisan itu berbunyi, “Selamat
datang ya Ramadhan, kami merindukanmu”. Cak Dhalom menanyakan perihal kata-kata
mutiara itu pada Mat Piti, dan menanyakan padanya apakah ia suka puasa ?.
dijawablah oleh Mat Piti suka. Lalu Cah Dhalom pun berkata, Sesuatu yang
diwajibkan adalah sesuatu yang manusia tidak suka mengerjakannya. Kalau manusia
suka melakukannya, untuk apa diwajibkan ?. Mat piti kebingungan menanggapi
pertanyaan tersebut. “ya mau gimana lagi cak, orang itu udah jadi kewajiban.
Saya juga agak tidak menyukai, tapi itukan sudah menjadi kewajiban. Maka cak
dhalom pun menanggapinya, kenapa mesti kamu suka dan harus memaksakan suka lalu
mengikuti orang-orang lain untuk suka juga. Lah, lantas saya harus gimana cak ?
bela Mat piti. Lalu Cak Dhalom pun berkata, itulah masalahmu mat. Mestinya kau
berterus terang pada Allah Swt bahwa kamu tidak suka puasa, tapi kamu siap dan
ikhlas melakukan sesuatu yang kamu tidak suka itu sehingga derajatmu tinggi
dihadapan Allah Swt. Begitulah nasehat Cak Dhalom orang gila, kepada Mat Piti
yang termangu mendengarkan nasehat tersebut.
Dalam
cerita-cerita selanjutnya, Pada suatu Magrib Cak Dhalom membuat keributan lagi.
Tidak dikandang kambingnya pak lurah dan diwarung kopi, melainkan didepan
masjid dibalik tembok tempat imam. Cak Dhalom telentang diatas kuburan sesepuh
yang sudah tua, sambil telanjang bulat. Melihat kejadian itu, warga marah besar
dan menyumpah Cak Dhalom yang dinilai telah menodai kesucian masjid. Beruntung
warga tidak melakukan kekerasan fisik. Mat Piti yang barusan sudah zikiran,
langsung mengambil sarung dimasjid dan memakaikannya pada Cak Dhalom. Mat Piti
lalu merangkulnya untuk diajak pulang kerumah. Diteras masjid, ada satu dua
orang memukul kepalanya, tapi balasan Cak Dhalom hanya cekikikan saja.
Dibawahlah Cak Dhalom kerumahnya Mat Piti, melihat kedatangan mereka berdua,
Romlah langsung membawakan segelas air putih untuk Cak Dhalom. Usai Cak Dhalom
minum, Mat Piti langsung menanyakan perihal apa yang ia lakukan di depan masjid
itu. Cak menjawab pertanyaan Mat Piti, ia telanjang bulat berbaring disana
hanyalah untuk bersedekah kepada nyamuk. Lah kenapa nyamuk harus diberi sedekah
? bukankah yang harus diberi sedekah adalah manusia dengan barang atau ilmu ?.
lantas apabila yang boleh menerima sedekah hanya manusia, jadi siapa yang akan
memberikan sedekah pada nyamuk ?. Kan Allah
Swt menciptakan nyamuk antara lain untuk menghisap darah manusia ? Lagi pula, Allah Swt menciptakan nyamuk tidak
lain hanyalah untuk membuat manusia sadar, bahwa ada HAK makhluk lain pada
diri dan badan manusia. Lantas mendengar nasehat itu, Mat Piti hanya
menggeleng-geleng kebingungan melihat tingkah aneh Cak Dhalom orang tidak waras
ini.
Ada
lagi sepenggal cerita tentang pemrotesan Cak Dhalom tentang rencan renovasi
masjid kampung. Ketika kematian istri Bunali, ibunda dari Sarkem si anak yatim.
Cak Dhalom naik pitam bukan kepalang. Ia membawa berkarung-karung tanah
kuburannya istri Bunali, dan meletakkannya didepan masjid. Melihat kejadian
itu, Pak RT langsung menemui Cak Dhalom dan menanyakan motif apa yang ia
lakukan. Lalu Cak Dhalom menjawab untuk menyumbang perihal renovasi masjid. Kita
tidak perlu tanah Cak, apalagi tanah kuburan, kita hanya perlu peralatan dan
barang-barang bangunan untuk merenovasi masjid. Lalu Cak Dhalom naik tensi dan
memaki-maki Pak RT. Betul Pak merenovasi masjid kini menjadi lebih penting
ketimbang memperbaiki dan memperbagus kelakuan. Umat sekarang diajak lebih
bergantung pada masjid ketimbang masjid yang bergantung pada umat. Diajak aktif
membangun masjid, tapi membiarkan orang-orang seperti istri Bunali terus tak
berdaya lalu mati. Diajak rela menyodorkan sumbangan kemana-mana untuk
membangun masjid, tapi membiarkan Sarkum anak Bunali tidak bersekolah dan
kelaparan. Kita bahkan tidak menjenguknya. Tidak pernah tahu keadaan mereka.
Lalu apa sesungguhnya arti masjid ini bagi kita ? apa arti kita bagi masjid ini
?”
Kita terus saja mengangungkan
masjid, tapi lupa akan saudara kita yang menderita kelaparam hingga mati
tergantung didepan kusen rumah. Sungguh kita ini manusia apaan.
Ketiga
cerita ini adalah penggalan dari beberapa cerita yang ada pada serial buku “Merasa
Pintar Bodoh Saja Tak Punya”. Ada banyak sekali cerita-cerita yang menggugah
hati dan keimanan kita perihal nilai-nilai Islamiah. Dari karakter tokoh
bernama Cak Dhalom ini, banyak sekali pelajaran-pelajaran positif yang dapat
kita ambil berbagai manfaatnya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar