Jumat, 20 Juli 2018

Merasa Pintar Bodoh Saja Tak Punya



Merasa Pintar Bodoh Saja Tak Punya
Rusdi Mathari


Judul   : Merasa Pintar Bodoh Saja Tak Punya
Penulis : Rusdi Mathari (Cak Rusdi)
Penerbit : Mojok
Tahun Terbit : 2018
Kota Terbit : Sleman
Jumlah Halaman : 224
Tema : Rohani, Islami, Renungan Hati, Sufisme
Pengulas : Dewa RC

Ulasan :

            


“Benar Marja, saya memang sesat. Karena itu Allah Swt mewajibkan
 Saya untuk selalu mebaca Tunjukkanlah aku jalan yang lurus’
setiap kali saya solat. Tujuh belas kali sehari semalam.”

            Cak Dhalom, sebuah nama yang tampak tidak asing ditelinga warga kampung. Seorang yang dianggap gila, karena otak dan pemikirannya dinilai tidak waras lagi dan melewati batas-batas norma sosial. Ia merupakan seorang sufi, berperawakan kudel dan sedikit agak gila. Warga kampung menganggap Cak Dhalom adalah lelaki yang sudah gila dan tak waras lagi. Anak-anak kecil sangat senang sekali mengolok-ngolok Cak Dhalom. Mengejek, mengerjai, menjahili dan semua jenis kenakalan anak-anak yang selalu saja menganggu keberadaan orang gila ini.
            Cak Dhalom tinggal disebuah kandang kambing miliknya Pak Lurah. Walaupun dianggap gila, ia tampak begitu akrab dengan semua warga kampung. Terutama dengan Mat Piti, Ayahnya Romlah, salah satu pemuka masyarakat di kampung ini.
            Ada kesamaan karakter antara Cak Dhalom dengan seorang tokoh filsuf terkenal asal Yunani, Ialah Socrates. Cak Dhalom dan Socrates sama-sama dianggap orang gila oleh golongannya sendiri, karena pemikirannya berada diluar nalar masyarakat setempat. Perbedaan pola pikir didalam lingkungan sosiali inilah yang menyebabkan kedua tokoh ini sama-sama dianggap orang yang otaknya tidak waras lagi. Selanjutnya, kedua orang ini sama-sama sering mencari permasalahan melaui pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan ke orang-orang. Dan pada akhir pertanyaan itu, mereka berdua sama-sama mengakhirinya dengan penutupan yang luar biasa. Dan masih ada beberapa lagi kesamaan-kesamaan diantara kedua tokoh hebat ini. teman-teman boleh silahkan menggalinya dengan perspektif dan pendapat masing-masing.
            Dalam cerita pertama, pembahasan menyangkut tentang datangnya bulan suci Ramadhan.  
Cak Dhalom menanyakan tulisan pada banner yang akan dipasang di depan masjid. Tulisan itu berbunyi, “Selamat datang ya Ramadhan, kami merindukanmu”. Cak Dhalom menanyakan perihal kata-kata mutiara itu pada Mat Piti, dan menanyakan padanya apakah ia suka puasa ?. dijawablah oleh Mat Piti suka. Lalu Cah Dhalom pun berkata, Sesuatu yang diwajibkan adalah sesuatu yang manusia tidak suka mengerjakannya. Kalau manusia suka melakukannya, untuk apa diwajibkan ?. Mat piti kebingungan menanggapi pertanyaan tersebut. “ya mau gimana lagi cak, orang itu udah jadi kewajiban. Saya juga agak tidak menyukai, tapi itukan sudah menjadi kewajiban. Maka cak dhalom pun menanggapinya, kenapa mesti kamu suka dan harus memaksakan suka lalu mengikuti orang-orang lain untuk suka juga. Lah, lantas saya harus gimana cak ? bela Mat piti. Lalu Cak Dhalom pun berkata, itulah masalahmu mat. Mestinya kau berterus terang pada Allah Swt bahwa kamu tidak suka puasa, tapi kamu siap dan ikhlas melakukan sesuatu yang kamu tidak suka itu sehingga derajatmu tinggi dihadapan Allah Swt. Begitulah nasehat Cak Dhalom orang gila, kepada Mat Piti yang termangu mendengarkan nasehat tersebut.
            Dalam cerita-cerita selanjutnya, Pada suatu Magrib Cak Dhalom membuat keributan lagi. Tidak dikandang kambingnya pak lurah dan diwarung kopi, melainkan didepan masjid dibalik tembok tempat imam. Cak Dhalom telentang diatas kuburan sesepuh yang sudah tua, sambil telanjang bulat. Melihat kejadian itu, warga marah besar dan menyumpah Cak Dhalom yang dinilai telah menodai kesucian masjid. Beruntung warga tidak melakukan kekerasan fisik. Mat Piti yang barusan sudah zikiran, langsung mengambil sarung dimasjid dan memakaikannya pada Cak Dhalom. Mat Piti lalu merangkulnya untuk diajak pulang kerumah. Diteras masjid, ada satu dua orang memukul kepalanya, tapi balasan Cak Dhalom hanya cekikikan saja. Dibawahlah Cak Dhalom kerumahnya Mat Piti, melihat kedatangan mereka berdua, Romlah langsung membawakan segelas air putih untuk Cak Dhalom. Usai Cak Dhalom minum, Mat Piti langsung menanyakan perihal apa yang ia lakukan di depan masjid itu. Cak menjawab pertanyaan Mat Piti, ia telanjang bulat berbaring disana hanyalah untuk bersedekah kepada nyamuk. Lah kenapa nyamuk harus diberi sedekah ? bukankah yang harus diberi sedekah adalah manusia dengan barang atau ilmu ?. lantas apabila yang boleh menerima sedekah hanya manusia, jadi siapa yang akan memberikan sedekah  pada nyamuk ?. Kan Allah Swt menciptakan nyamuk antara lain untuk menghisap darah manusia ?  Lagi pula, Allah Swt menciptakan nyamuk tidak lain hanyalah untuk membuat manusia sadar, bahwa ada HAK makhluk lain pada diri dan badan manusia. Lantas mendengar nasehat itu, Mat Piti hanya menggeleng-geleng kebingungan melihat tingkah aneh Cak Dhalom orang tidak waras ini.
            Ada lagi sepenggal cerita tentang pemrotesan Cak Dhalom tentang rencan renovasi masjid kampung. Ketika kematian istri Bunali, ibunda dari Sarkem si anak yatim. Cak Dhalom naik pitam bukan kepalang. Ia membawa berkarung-karung tanah kuburannya istri Bunali, dan meletakkannya didepan masjid. Melihat kejadian itu, Pak RT langsung menemui Cak Dhalom dan menanyakan motif apa yang ia lakukan. Lalu Cak Dhalom menjawab untuk menyumbang perihal renovasi masjid. Kita tidak perlu tanah Cak, apalagi tanah kuburan, kita hanya perlu peralatan dan barang-barang bangunan untuk merenovasi masjid. Lalu Cak Dhalom naik tensi dan memaki-maki Pak RT. Betul Pak merenovasi masjid kini menjadi lebih penting ketimbang memperbaiki dan memperbagus kelakuan. Umat sekarang diajak lebih bergantung pada masjid ketimbang masjid yang bergantung pada umat. Diajak aktif membangun masjid, tapi membiarkan orang-orang seperti istri Bunali terus tak berdaya lalu mati. Diajak rela menyodorkan sumbangan kemana-mana untuk membangun masjid, tapi membiarkan Sarkum anak Bunali tidak bersekolah dan kelaparan. Kita bahkan tidak menjenguknya. Tidak pernah tahu keadaan mereka. Lalu apa sesungguhnya arti masjid ini bagi kita ? apa arti kita bagi masjid ini ?”
Kita terus saja mengangungkan masjid, tapi lupa akan saudara kita yang menderita kelaparam hingga mati tergantung didepan kusen rumah. Sungguh kita ini manusia apaan.

            Ketiga cerita ini adalah penggalan dari beberapa cerita yang ada pada serial buku “Merasa Pintar Bodoh Saja Tak Punya”. Ada banyak sekali cerita-cerita yang menggugah hati dan keimanan kita perihal nilai-nilai Islamiah. Dari karakter tokoh bernama Cak Dhalom ini, banyak sekali pelajaran-pelajaran positif yang dapat kita ambil berbagai manfaatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca juga ini

Pengantar Filsafat

Pengantar Filsafat Ngaji Filsfat  Fahruddin Faiz Pengulas : DewaRC Belajar Filsafat adalah suatu cara yang dapat kit...

yang lain