Senin, 16 Juli 2018

Padang Bulan (Seri Pertama Dwilogi Padang Bulan)


Padang Bulan
(Bagian pertama Dwilogi Padang Bulan)
Andrea Hirata

Judul   : Padang Bulan
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : 2011
Kota Terbit : Jogjakarta
Editor : Imam Rusdiyanto
Jumlah Halaman : 309 Halaman
Tema   : Cinta, Budaya, Sosial, Persahabatan, Keakraban dsb.
Pengulas : Dewa RC

Ulasan :
            Novel Padang Bulan ini berisi 41 Mozaik cerita yang berlatar tempat di pulau Belitong, Prov. Bangka-Belitung. Enong, Ikal, M. Nur merupakan 3 tokoh utama yang berperasan sangat signifikan dalam cerita novel ini. Dalam mozaik pertama, berceritalah pada seorang sosok laki-laki baik, penyayang dan bersahaja yang ingin memberikan sebuah kejutan pada istrinya yang telah lama ia impi-impikan. Zamzami namanya, seorang buruh kasar dan liar tambang timah. Keluarga kecil Zamzami merupakan salah satu dari ribuan keluarga miskin lainnya yang ada di pulau Belitong. Angka kemiskinan serasa sudah berada di atas langit yang tidak bisa diganggu gugat lagi oleh siapapun. Inilah nasib yang menyelimuti orang-orang melayu pesisir, seakan-akan kemiskinan merupakan sesuatu hal yang wajib diemban oleh orang-orang yang dilahirkan dari rahim bangsa Melayu.
            “Aih, janganlah bersenda, Pak Cik. Kita ini orang miskin. Orang miskin tak kenal kejutan.”
            Mereka tersenyum.
            “kejutan-kejutan begitu, kebiasaan orang kaya. Orang macam kita, ni ? Saban hari terkejut. Datanglah kepasar kalau Pak Cik tak percaya.”
            Suaminya – Zamzami- tahu benar maksud istrinya. Harga-harga selalu membuat mereka terperanjat.
            “Telah lama kau minta,” kata Zamzami dengan lembut.
            Syalimah kian ingin tahu. Waktu mengantar Zamzami ke pekarangan dan menyampirkan bungkus rantang bakal makanan di setang sepeda, ia bertanya lagi, Zamzami tak menjawab.
            “Sudah bertahun-tahun kauinginkan, namun ia kembali. Ia mengatakan ingin mengajak Syalimah melihat-lihat bendungan.
            “Apa Yahnong takkan bekerja?”
            Yahnong, singkatan untuk ayah bagi anak perempuan tua mereka, Enong.
            Bendungan itu tak terlalu jauh dari rumah mereka. Bendungan yang dibuat oleh Belanda untuk membendung aliran air anak-anak sungai Linggang agar kapal dapat beroperasi. Sampai disana mereka memandangi permukaan danau yang tenang. Tak bicara, seperti mereka dulu sering bertemu disitu
            Mereka pulang. Dan Zamzami berangkat kerja dan Syalimah tak memikirkan kejutan.
            Inilah merupakan cuplikan pertama dalam Padang Bulan yang mengkisahkan tentang sisi keromantisan antara Zamzami dan Syalimah, keluarga miskin pendulang timah. Pada mozaik pertama ini, berceritalah tentang seisi keluarga Zamzani dan kejadian pahit yang menimpah keluarga itu.
            Enong merupakan anak tertua dari Zamzami. Seorang perempuan gigih, pintar, gesit dan sangat suka pelajaran bahasa Inggris. Enong juga tak luput dari daftar nama yang nantinya akan diberikan Zamzami sebuah kado yang sangat berharga bagi kehidupan Enong selanjutnya.
            Pada sore itu, sebuah benda yang tertutup terpal berada didalam rumahnya. Bukan main Syalimah gugup hatinya dibuat oleh benda itu. Ia tampak menunggu Enong untuk membuka kejutan itu. Enong yang akan pulang nanti sore, membuatnya terasa sangat tidak sabar untuk segera melihat apa yang ada dibalik terpal itu. sekali ia menengok kearah benda itu, ia memberanikan mendekati diri dan melangkah pelan mendekatinya. Ia memejamkan mata dan menarik terpal. Lalu ia membuka matanya dan terkejut tak kepalang melihat sesuatu berkilauan: sepeda Sim King made in RRC.
            Dalam mozaik kedua, berisi cerita tentang sosok perempuan kecil yang riang dan sangat menyukai pelajaran Bahasa Inggris, namanya Enong, anak tertua dari keluarga kecil Zamzami. Enong duduk di kelas enam SD dan merupakan siswa cerdas. Ia selalu menjadi juara kelas. Pelajaran bahasa inggris menjadi pelajaran favoritnya dan bercita-cita hendak menjadi guru bahasa Inggris seperti Bu Nizam.
Zamzami sangat bangga sekali pada Enong yang bercita-cita mengejar pendidikan bahasa asing yang menurutnya suatu hal spektakuler diseluruh daratan tanah melayu ini.
            “Run, dapatkah kau bayangkan, anakku mau menjadi guru sebuah bahasa dari Barat?”
            “Kita-kita ini Run, Bahasa Indonesia pun tak lancar.”
            “Bahasa dari Barat ? bukan main, Bang, bukan main.”
            Inilah merupakan cuplikan kebanggan senantiasa yang menghiasi imajinasi seorang lelaki tua miskin itu. Memiliki istri yang soleha dan anak yang luarbiasa membuat Zamzami sangat mensyukuri hidup walaupun harus terus bergelut dengan kemiskinan. Melihat kesuksesan anaknya dalam belajar Bahasa Inggris, membuat ia bertekad untuk membelikan sebuah buku “Kamus Bahasa Inggris Satu Miliar Kata” yang ia ketahui dari temannya sehabis dari pasar ibukota kabupaten Tanjung Pandan. Berhasil mengumpulkan uang untuk membeli buku, berangkatlah sang ksatria itu ke Tanjung Pandan memakai sepeda dengan menempuh jarak sekitar 80 km. Enong yang tinggal dirumah tak henti-hentinya keranjingan senang mendengar akan dihadiahkan sebuah buku Kamus Bahasa Inggris Satu Miliar Kata. Tak mampu ia membayangkan deretan kata penuh cinta yang tertuang dalam buku tersebut. Satu miliar merupakan angka yang begitu fantastis yang jumlah nolnya saja susah untuk dibayangkan.
            Kekolotan Zamzami terhadap perkembangan zaman membuatnya menggeleng bukan kepalang. Bagaimana sebuah teknologi hebat bisa memasukkan berjuta-juta kata dalam sebuah buku yang tipis ini. ia beranggapan bahwa buku ini terdiri dari beberapa jilid, karena tak terlalu percaya dengan deretan huruf dalam angka yang begitu luar biasa.
            “Ini baru jilid satu, Nong. Nanti kalau ada sambungannya, Ayah belikan lagi,” kata ayahnya sambil menyeka keringat.
            Zamzami pun gembira karena pendapat pendagang buku bekas kaki lima itu semuaya benar. Enong berulang kali memuji indahnya sampul kamus itu. zamzami mengatakan bahwa ia sendiri yang memilih kertas sampul itu da nada tulisan untuk Enng dihalaman muka. Enong membukanya dan menumukan tulisan itu, ia membacanya.
            Buku ini untuk anakku, Enong
            Kamus satu miliar kata.
            Cukuplah untukmu sampai bisa menjadi guru bahasa Inggris
            Seperti Ibu Nizam.
            Kejarlah cita-citamu, jangan menyerah, semoga sukses.
            Tertanda,
Ayahmu
Enong terdiam, lalu ia menangis untuk sebuah alasan yang ia tidak mengerti.
Cuplikan penutup mozaik kedua ini merupakan suatu hal yang mengaruhkan yang dilakukan oleh seorang ayah terhadap anaknya. Sisi yang begitu romantis dari seorang lelaki miskin penuh cinta yang memiliki gelar kepahlawanan bernama “Ayah”.
Dalam cuplikan mozaik ketiga, sesuatu hal besar terjadi menimpa keluarga miskin ini. Ksatria Surya pendulang timah, terkubur hidup-hidup didalam lubang tambang menemui ajalnya. Keharuan ini sungguh sangat menyiksa Syalimah, Enong dan adik-adiknya. Tuhan begitu tegah mengambil sosok sang surya ini dari kegelapan dunia kemiskinan. Suatu tragedi yang sangat menyiksa batin. Mengubah jalan hidup Syalimah dan Enong menjadi berbelok-belok dan berkelok-kelok. Syalimah termangu, dan Enong memutuskan berhenti sekolah. Beranjak dengan gagah menjadi tulang punggung keluarga. Penambang timah perempuan pertama di dunia, gelar ia sandang demi melanjutkan roda kehidupan.
 Kisah inilah merupakan pembukaan dari novel “Padang Bulan”. Sebuah pembukaan yang diawali dengan keindahan yang berbalut kesedihan. Dalam mozaik-mozaik selanjutnya, akan menceritakan kegigihan wanita penambang, Enong, dalam menerjang dunia kemiskinan dengan menggunakan cangkul dan karung. Selanjutnya, Enong nanti akan bertemu dengan Ikal dan detektif M. Nur, yang akan bersahabat akrab dalam menjalani kehidupan di Pulau Belitong.
Dipertengahan cerita nanti, pembahasan akan beralih pada sosok tokoh utama “Ikal” yang menjalani kehidupan sebagai bujang lapuk, pengangguran, dan sedikit jenaka. Ditemani seorang kawan bernama M. Nur, yang memiliki hobi dalam dunia kedekteftifan. Kisah rajutan cinta Ikal bersama A Ling (Tiongha) yang telah mengikat lama semenjak Ikal duduk disekolah dasar SD Muhammadiyah Belitong (SD Laskar Pelangi). Dalam pergulatan cerita ini, akan dihiasi dengan perjuangan Ikal dalam mempertahankan cinta lamanya dari kekandasan. Misteri A Ling yang tiba-tiba berubah sifat dan perilaku, membuat Ikal menjadi stress dan frustasi. Maka sesudah cerita penuh tentang petualangan Enong, selanjutnya novel “Padang Bulan” akan dihiasi dengan petualangan Ikal, M. Nur dan Enong dalam mempertahankan cinta pertamanya itu.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca juga ini

Pengantar Filsafat

Pengantar Filsafat Ngaji Filsfat  Fahruddin Faiz Pengulas : DewaRC Belajar Filsafat adalah suatu cara yang dapat kit...

yang lain