Padang Bulan
(Bagian pertama Dwilogi Padang Bulan)
Andrea Hirata
Judul : Padang Bulan
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit
: Bentang Pustaka
Tahun
Terbit : 2011
Kota
Terbit : Jogjakarta
Editor
: Imam Rusdiyanto
Jumlah
Halaman : 309 Halaman
Tema : Cinta, Budaya, Sosial, Persahabatan,
Keakraban dsb.
Pengulas : Dewa RC
Ulasan
:
Novel Padang Bulan ini berisi 41
Mozaik cerita yang berlatar tempat di pulau Belitong, Prov. Bangka-Belitung.
Enong, Ikal, M. Nur merupakan 3 tokoh utama yang berperasan sangat signifikan
dalam cerita novel ini. Dalam mozaik pertama, berceritalah pada seorang sosok
laki-laki baik, penyayang dan bersahaja yang ingin memberikan sebuah kejutan
pada istrinya yang telah lama ia impi-impikan. Zamzami namanya, seorang buruh
kasar dan liar tambang timah. Keluarga kecil Zamzami merupakan salah satu dari
ribuan keluarga miskin lainnya yang ada di pulau Belitong. Angka kemiskinan
serasa sudah berada di atas langit yang tidak bisa diganggu gugat lagi oleh
siapapun. Inilah nasib yang menyelimuti orang-orang melayu pesisir, seakan-akan
kemiskinan merupakan sesuatu hal yang wajib diemban oleh orang-orang yang
dilahirkan dari rahim bangsa Melayu.
“Aih, janganlah bersenda, Pak Cik.
Kita ini orang miskin. Orang miskin tak kenal kejutan.”
Mereka tersenyum.
“kejutan-kejutan begitu, kebiasaan
orang kaya. Orang macam kita, ni ?
Saban hari terkejut. Datanglah kepasar kalau Pak Cik tak percaya.”
Suaminya – Zamzami- tahu benar
maksud istrinya. Harga-harga selalu membuat mereka terperanjat.
“Telah lama kau minta,” kata Zamzami
dengan lembut.
Syalimah kian ingin tahu. Waktu
mengantar Zamzami ke pekarangan dan menyampirkan bungkus rantang bakal makanan
di setang sepeda, ia bertanya lagi, Zamzami tak menjawab.
“Sudah bertahun-tahun kauinginkan,
namun ia kembali. Ia mengatakan ingin mengajak Syalimah melihat-lihat
bendungan.
“Apa Yahnong takkan bekerja?”
Yahnong,
singkatan untuk ayah bagi anak perempuan tua mereka, Enong.
Bendungan itu tak terlalu jauh dari
rumah mereka. Bendungan yang dibuat oleh Belanda untuk membendung aliran air
anak-anak sungai Linggang agar kapal dapat beroperasi. Sampai disana mereka
memandangi permukaan danau yang tenang. Tak bicara, seperti mereka dulu sering
bertemu disitu
Mereka pulang. Dan Zamzami berangkat
kerja dan Syalimah tak memikirkan kejutan.
Inilah merupakan cuplikan pertama
dalam Padang Bulan yang mengkisahkan tentang sisi keromantisan antara Zamzami
dan Syalimah, keluarga miskin pendulang timah. Pada mozaik pertama ini,
berceritalah tentang seisi keluarga Zamzani dan kejadian pahit yang menimpah
keluarga itu.
Enong merupakan anak tertua dari
Zamzami. Seorang perempuan gigih, pintar, gesit dan sangat suka pelajaran
bahasa Inggris. Enong juga tak luput dari daftar nama yang nantinya akan
diberikan Zamzami sebuah kado yang sangat berharga bagi kehidupan Enong
selanjutnya.
Pada sore itu, sebuah benda yang
tertutup terpal berada didalam rumahnya. Bukan main Syalimah gugup hatinya
dibuat oleh benda itu. Ia tampak menunggu Enong untuk membuka kejutan itu.
Enong yang akan pulang nanti sore, membuatnya terasa sangat tidak sabar untuk
segera melihat apa yang ada dibalik terpal itu. sekali ia menengok kearah benda
itu, ia memberanikan mendekati diri dan melangkah pelan mendekatinya. Ia memejamkan
mata dan menarik terpal. Lalu ia membuka matanya dan terkejut tak kepalang
melihat sesuatu berkilauan: sepeda Sim King made
in RRC.
Dalam mozaik kedua, berisi cerita
tentang sosok perempuan kecil yang riang dan sangat menyukai pelajaran Bahasa
Inggris, namanya Enong, anak tertua dari keluarga kecil Zamzami. Enong duduk di
kelas enam SD dan merupakan siswa cerdas. Ia selalu menjadi juara kelas. Pelajaran
bahasa inggris menjadi pelajaran favoritnya dan bercita-cita hendak menjadi
guru bahasa Inggris seperti Bu Nizam.
Zamzami
sangat bangga sekali pada Enong yang bercita-cita mengejar pendidikan bahasa
asing yang menurutnya suatu hal spektakuler diseluruh daratan tanah melayu ini.
“Run, dapatkah kau bayangkan, anakku
mau menjadi guru sebuah bahasa dari Barat?”
“Kita-kita ini Run, Bahasa Indonesia
pun tak lancar.”
“Bahasa dari Barat ? bukan main, Bang,
bukan main.”
Inilah merupakan cuplikan kebanggan
senantiasa yang menghiasi imajinasi seorang lelaki tua miskin itu. Memiliki
istri yang soleha dan anak yang luarbiasa membuat Zamzami sangat mensyukuri
hidup walaupun harus terus bergelut dengan kemiskinan. Melihat kesuksesan
anaknya dalam belajar Bahasa Inggris, membuat ia bertekad untuk membelikan
sebuah buku “Kamus Bahasa Inggris Satu
Miliar Kata” yang ia ketahui dari temannya sehabis dari pasar ibukota
kabupaten Tanjung Pandan. Berhasil mengumpulkan uang untuk membeli buku, berangkatlah
sang ksatria itu ke Tanjung Pandan memakai sepeda dengan menempuh jarak sekitar
80 km. Enong yang tinggal dirumah tak henti-hentinya keranjingan senang
mendengar akan dihadiahkan sebuah buku Kamus
Bahasa Inggris Satu Miliar Kata. Tak mampu ia membayangkan deretan kata
penuh cinta yang tertuang dalam buku tersebut. Satu miliar merupakan angka yang
begitu fantastis yang jumlah nolnya saja susah untuk dibayangkan.
Kekolotan Zamzami terhadap
perkembangan zaman membuatnya menggeleng bukan kepalang. Bagaimana sebuah
teknologi hebat bisa memasukkan berjuta-juta kata dalam sebuah buku yang tipis
ini. ia beranggapan bahwa buku ini terdiri dari beberapa jilid, karena tak
terlalu percaya dengan deretan huruf dalam angka yang begitu luar biasa.
“Ini baru jilid satu, Nong. Nanti kalau
ada sambungannya, Ayah belikan lagi,” kata ayahnya sambil menyeka keringat.
Zamzami pun gembira karena pendapat
pendagang buku bekas kaki lima itu semuaya benar. Enong berulang kali memuji
indahnya sampul kamus itu. zamzami mengatakan bahwa ia sendiri yang memilih
kertas sampul itu da nada tulisan untuk Enng dihalaman muka. Enong membukanya
dan menumukan tulisan itu, ia membacanya.
Buku
ini untuk anakku, Enong
Kamus
satu miliar kata.
Cukuplah
untukmu sampai bisa menjadi guru bahasa Inggris
Seperti
Ibu Nizam.
Kejarlah
cita-citamu, jangan menyerah, semoga sukses.
Tertanda,
Ayahmu
Enong terdiam, lalu ia menangis untuk sebuah alasan
yang ia tidak mengerti.
Cuplikan penutup mozaik kedua ini merupakan suatu
hal yang mengaruhkan yang dilakukan oleh seorang ayah terhadap anaknya. Sisi yang
begitu romantis dari seorang lelaki miskin penuh cinta yang memiliki gelar
kepahlawanan bernama “Ayah”.
Dalam cuplikan mozaik ketiga, sesuatu hal besar
terjadi menimpa keluarga miskin ini. Ksatria Surya pendulang timah, terkubur
hidup-hidup didalam lubang tambang menemui ajalnya. Keharuan ini sungguh sangat
menyiksa Syalimah, Enong dan adik-adiknya. Tuhan begitu tegah mengambil sosok
sang surya ini dari kegelapan dunia kemiskinan. Suatu tragedi yang sangat
menyiksa batin. Mengubah jalan hidup Syalimah dan Enong menjadi berbelok-belok
dan berkelok-kelok. Syalimah termangu, dan Enong memutuskan berhenti sekolah. Beranjak
dengan gagah menjadi tulang punggung keluarga. Penambang timah perempuan
pertama di dunia, gelar ia sandang demi melanjutkan roda kehidupan.
Kisah inilah
merupakan pembukaan dari novel “Padang Bulan”. Sebuah pembukaan yang diawali
dengan keindahan yang berbalut kesedihan. Dalam mozaik-mozaik selanjutnya, akan
menceritakan kegigihan wanita penambang, Enong, dalam menerjang dunia
kemiskinan dengan menggunakan cangkul dan karung. Selanjutnya, Enong nanti akan
bertemu dengan Ikal dan detektif M. Nur, yang akan bersahabat akrab dalam
menjalani kehidupan di Pulau Belitong.
Dipertengahan cerita nanti, pembahasan akan beralih
pada sosok tokoh utama “Ikal” yang menjalani kehidupan sebagai bujang lapuk,
pengangguran, dan sedikit jenaka. Ditemani seorang kawan bernama M. Nur, yang
memiliki hobi dalam dunia kedekteftifan. Kisah rajutan cinta Ikal bersama A
Ling (Tiongha) yang telah mengikat lama semenjak Ikal duduk disekolah dasar SD
Muhammadiyah Belitong (SD Laskar Pelangi). Dalam pergulatan cerita ini, akan
dihiasi dengan perjuangan Ikal dalam mempertahankan cinta lamanya dari
kekandasan. Misteri A Ling yang tiba-tiba berubah sifat dan perilaku, membuat
Ikal menjadi stress dan frustasi. Maka sesudah cerita penuh tentang petualangan
Enong, selanjutnya novel “Padang Bulan” akan dihiasi dengan petualangan Ikal,
M. Nur dan Enong dalam mempertahankan cinta pertamanya itu.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar